Pada pasien lansia, terapi multimorbid—di mana pasien mengonsumsi beberapa jenis obat untuk menangani berbagai penyakit kronis—merupakan hal yang umum. Namun, penggunaan banyak obat dalam waktu bersamaan meningkatkan risiko terjadinya interaksi obat yang dapat mengurangi efektivitas pengobatan atau bahkan menyebabkan efek samping yang berbahaya. Interaksi obat ini terjadi ketika satu obat mempengaruhi cara kerja obat lain, yang dapat menyebabkan perubahan dalam metabolisme, penyerapan, atau ekskresi obat tersebut. Pada pasien lansia, yang biasanya memiliki perubahan fisiologis terkait penuaan, seperti penurunan fungsi ginjal dan hati, risiko interaksi obat menjadi lebih tinggi.
Risiko interaksi obat pada pasien lansia juga dipengaruhi oleh pola pengobatan yang kompleks dan sering kali kurangnya pengawasan medis yang tepat. Pasien yang mengonsumsi lebih dari satu obat dari beberapa kategori, seperti antihipertensi, antidiabetik, dan obat pengencer darah, dapat menghadapi peningkatan kemungkinan terjadinya interaksi yang merugikan. Beberapa obat dapat meningkatkan atau mengurangi efek obat lain, sehingga mempengaruhi kontrol terhadap penyakit yang ada. Misalnya, penggunaan obat pengencer darah bersama dengan obat antiinflamasi non-steroid (AINS) dapat meningkatkan risiko perdarahan. Untuk informasi lebih lanjut anda bisa kunjungi link berikut ini: https://pafikabkabacehsingkil.org/
Selain itu, lansia seringkali memiliki kondisi medis lain yang memperburuk efektivitas terapi. Gangguan ginjal atau hati, yang semakin umum pada usia lanjut, dapat memperlambat proses metabolisme obat dan memperpanjang waktu paparan terhadap obat-obatan, yang meningkatkan risiko toksisitas. Ketidaktahuan pasien atau pengabaian terhadap instruksi penggunaan obat juga menjadi faktor risiko utama. Hal ini membuat pemantauan ketat oleh profesional kesehatan menjadi sangat penting dalam terapi multimorbid pada pasien lansia. Penyuluhan dan edukasi terkait penggunaan obat yang benar harus ditingkatkan untuk memastikan bahwa pasien memahami potensi risiko interaksi obat.
Pentingnya pengelolaan yang cermat dalam pemberian terapi multimorbid pada lansia mencakup penggunaan teknologi dan sistem informasi yang dapat memantau interaksi obat, serta meningkatkan komunikasi antara pasien, apoteker, dan tenaga medis. Dengan pendekatan yang lebih terintegrasi, risiko interaksi obat dapat diminimalkan. Monitoring berkala dan penyesuaian dosis obat yang tepat, berdasarkan kondisi fisik dan respons tubuh pasien, akan sangat membantu dalam meningkatkan efektivitas pengobatan dan mengurangi kemungkinan efek samping yang tidak diinginkan.