Obat kortikosteroid adalah kelas obat yang sering digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi peradangan dan gangguan autoimun, seperti asma, artritis, dan lupus. Meskipun efektif dalam mengurangi peradangan dan mengontrol gejala, penggunaan kortikosteroid dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai efek samping yang signifikan. Kortikosteroid bekerja dengan menekan respons sistem kekebalan tubuh dan mengurangi produksi zat kimia inflamasi, tetapi efek ini juga dapat mempengaruhi banyak sistem tubuh secara keseluruhan.
Salah satu efek samping utama dari penggunaan kortikosteroid jangka panjang adalah gangguan metabolisme yang dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan penumpukan lemak di area tertentu seperti wajah, perut, dan punggung atas. Kondisi ini dikenal sebagai sindrom Cushing, yang dapat mempengaruhi penampilan fisik dan menyebabkan masalah kesehatan tambahan seperti diabetes melitus tipe 2 dan tekanan darah tinggi. Gangguan metabolik ini perlu diperhatikan dengan seksama untuk mencegah dampak jangka panjang yang merugikan.
Selain gangguan metabolik, penggunaan kortikosteroid juga dapat mempengaruhi kesehatan tulang. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan osteoporosis atau pengeroposan tulang, meningkatkan risiko fraktur bahkan dengan cedera ringan. Kortikosteroid mengurangi penyerapan kalsium di usus dan meningkatkan ekskresi kalsium melalui urin, yang dapat melemahkan kepadatan tulang. Oleh karena itu, pasien yang menggunakan kortikosteroid jangka panjang sering kali dianjurkan untuk mengonsumsi suplemen kalsium dan vitamin D serta melakukan olahraga yang mendukung kesehatan tulang.
Efek samping lainnya dari penggunaan kortikosteroid jangka panjang termasuk gangguan pada sistem pencernaan, seperti ulkus lambung, serta gangguan pada kesehatan mental, seperti perubahan suasana hati, kecemasan, atau depresi. Kortikosteroid juga dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi karena efek imunosupresifnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk memantau penggunaan kortikosteroid secara ketat dan berkonsultasi dengan tenaga medis untuk menyeimbangkan manfaat dan risiko, serta mencari alternatif atau strategi pengelolaan yang dapat meminimalkan efek samping tersebut.